Saya agak - agak keki sebetulnya kalau bicara soal menulis. Kenapa?? Karena aslinya saya cuma suka ngutak-ngatik hal-hal baru. Jadilah saya tukang 'Ngoprek' atau 'Ngulik' dalam bahasa gaoool tapi belum karuan sampe tuntas. Hohohoho Bisa membongkar, berusaha keras memasang kembali, lalu tinggalkan kalau dah bosen. Makanya, jangan tanya "sudah menghasilkan apa Luqman Wibowo selama ini?"

Teman - teman dekat saya bisa jadi belum ngerti soal motif kelakuan saya macam ini. Tapi kalau soal inkonsisten dan suka mabur-maburan tanpa kabar, kayaknya mereka sudah paham. Melihat kelakuan saya macam itu, jadilah saya semacam teman yang tak perlu-perlu amat dibutuhkan.

Carita Jaman Baheula
Well, naluri untuk nyari tahu hal-hal baru sebenarnya tumbuh dari jaman saya kecil. Saya ingin tahu rasanya buah salak? saya nekat ngambil salak di kebun tetangga. Saya ingin tahu rasanya nungguin buah durian? saya ikut teman saya nungguin kebun durian milik tetangga. Saya ingin tahu rasanya bolos sekolah? saya bilang ke orang tua, bahwa saya mau membolos sekolah dan benar-benar tidak masuk sekolah. Ada banyak hal yang saya ingin tahu maka saya coba-coba dengan atau tanpa izin orang tua. Wow, masa remaja adalah masa paling indah yang gak bisa kita lupakan beberapa episodenya.

Bisa jadi normal saja bagi sebagian orang melakukan hal-hal jail sekalipun. Tapi sungguh, saya bukanlah berandal. Saya belum pernah dengan sengaja memukul orang, menantang berkelahi atau kegiatan negatif yang hubungannya langsung dengan fisik atau merugikan seseorang. Aktifitas saya selama remaja yang berhubungan langsung dengan orang lain adalah dengan aktif di organisasi. Jadi, saya belum pernah sekalipun merasakan rasanya dipukul atau memukul selain diatas matras.

Namun, setelah saya pikir-pikir ada beberapa potongan kebiasaan dan perilaku jaman baheula yang kemudian menjadikan saya seperti sekarang. Semisal, saya suka baca buku fiksi, saya suka penasaran dan mencoba - coba hal baru, atau saya suka berlomba.

Ayah saya adalah orang yang baik hatinya sehingga mau membayar tagihan majalah Legend Indonesia setiap hari kamis. Melalui majalah legenda inilah saya berkenalan dengan cerita bergambar diantaranya gajah yang belalainya bisa memanjang sekehendak hati dan temannya si kucing dua kaki. Selain itu, masih ada juga petualangan para penyihir bernama Oki dan Nirmala. Dan jangan lupa, si keluarga kelinci si mpu majalah bernama Bobo..!!! Selain itu, hal yang paling mempengaruhi buat saya untuk jalan-jalan berpetualang bertemu dengan orang baru adalah cerita Pak Janggut.



Selain berlangganan majalah Bobo, kurir media cetak seringkali menodong ayahku dengan media cetak Nasional, Seperti Kompas, Republika, atau lainnya. Melalui Koran inilah saya bisa mengintip Dunia. Koran-koran inilah yang mengenalkan saya soal adanya sebuah kompetisi sepakbola antar klub di Eropa, soal harga bahan pokok yang melambung tinggi, soal cerita sekaligus menerka rupa si tokoh, juga soal betapa pentingnya ijasah dan keahlian di dunia kerja. Isi koran berpindah ke kepala saya. 

Nah, apa yang saya baca ternyata memang cukup mempengaruhi pola pikir saya. Contohnya, ketika melihat buah durian yang bergelantungan di dahan-dahan yang tinggi, saya selalu memejamkan mendelik ke sekeliling mencari Bona si Belalai panjang. Atau ketika saya berhadapan dengan soal-soal pekerjaan rumah saya berharap Nirmala hadir untuk membantu saya. Bahkan yang lucu adalah ketika Ibu ku bilang bahwa pamanku akan datang bertemu, saya berharap ia berbadan gempal dan hobi makan macam Paman Gembul.

Waw, jika saya ingat masa itu, ternyata imajinasi saya benar-benar terpatok pada komik dan informasi dari Koran yang saya baca. Saya sungguh tidak menyangka bahwa sebegitu besar pengaruh dari bacaan-bacaan saya. Disinilah saya merasa yakin dan cukup relevan jika peribahasa "Kamu adalah apa yang kamu makan" memang berlaku khususnya untuk saya pribadi.

Nah, masalahnya adalah sekalipun keluarga kami berlangganan media cetak, kadang-kadang saya baca cerita loncat-loncat. Contohnya cerita Pak Janggut yang bersambung sampai beberapa edisi majalah, kadang saya baca cuma awal perjalanan cerita sampai tengah cerita tanpa tahu ujung ceritanya. Bahkan pernah juga baca setengah cerita, lalu kembali membaca majalah bobo edisi satu bulan kemudian. Jadi, tidak semua cerita bersambung saya baca secara utuh...!!!

Yaps... Sepertinya ini dibutuhkan penelitian yang lebih mendalam, apakah ada akibat tertentu gara-gara baca cerita yang melompat-lompat terhadap pola pikir dan perilaku kita sehari-hari? Lalu bukankah ketika saya meninggalkan dan melewatkan cerita adalah untuk cerita sebenarnya di kehidupan saya? Ouh, mengingat cerita jaman baheula membuat saya curiga dan skeptis soal saya sendiri.

Banyaknya usaha saya sebanding dengan jumlah dan desain blog yang bisa saya modifikasi. Sayangnya saya tidak pernah menjadi desainer blog profesional. Lalu saya mempelajari bagaimana cara menulis, itupun dari sepuluh tahoon yang laloo, saat saya duduk di sebuah perguruan tinggi. Saya pun pernah datang jauh-jauh ke kota jogja hanya untuk mengikuti pelatihan menulis jurnalistik. Sayangnya, saya belum pernah membuat tulisan, liputan atau semacamnya disebuah media jurnalistik manapun, juga bangku kuliah yang saya tinggalkan begitu saja.

Diakhir tahun ini saya semakin sadar, skeptisme dan rasa penasaran saya bisa jadi berdampak buruk buat saya sendiri. Saya tidak pernah / belum pernah menyelesaikan rasa penasaran menjadi hal-hal yang lebih konkret. Soal gagasan dan ide saya banyak terbuang menjadi hal-hal sepele. Blog saya mangkrak seperti rumah kosong.

Akhirnya, setelah membaca diri dan artikel karya orang lain saya tahu apa yang saya butuhkan...!!! Saya membutuhkan sebuah plan dengan target dan indikator yang lebih jelas dan rinci. Juga beberapa usaha yang konkret dan tertulis. Terdokumentasikan. Sehingga kita tahu, masih seberapa jauh kita berjalan. Bukankah kita akan mengakhiri petualangan dan secepatnya memberikan kabar, bahwa berdiri dipuncak untuk melihat sunrise adalah satu cek point menuju kembali pulang.



by on Senin, Desember 31, 2018
  Saya agak - agak keki sebetulnya kalau bicara soal menulis. Kenapa?? Karena aslinya saya cuma suka ngutak-ngatik hal-hal baru. Jadilah ...